Monday, November 12, 2007

Jas Merah !!!

Huh..Akhirnya setelah beberapa kali mencoba, bisa masuk juga ke sini....

Tahukah Anda pada tanggal 10 November yang lalu, Indonesia tuh memperingati hari penting, yakni "Hari Pahlawan". Namun, seberapa pentingkah Hari Pahlawan tersebut bagi warga Indonesia? Mungkin hanya diri kita masing-masing yang bisa menjawabnya. Namun, saya ingin memberikan sedikit pendapat mengenai "Hari Pahlawan" tersebut dilihat dari realitas yang ada sekarang ini.

Dilihat dari segi sejarah, tanggal 10 November dijadikan sebagai Hari Pahlawan oleh Indonesia untuk mengingat kegigihan para pejuang kemerdekaan Indonesia ketika ingin membebaskan Surabaya dari cengkraman tangan para penjajah. Pada waktu itu, perjuangan ini dimotori oleh Bung Tomo, dengan jiwa kepemimpinannya ia menyadarkan rakyat untuk berjuang melawan kolonialisasi penjajah. Peperangan ini saya nilai cukup unik karena rakyat Indonesia pada saat itu hanya bermodalkan bambu runcing untuk menghadapi para penjajah yang persenjataannya dibuat dari besi.

Hari Pahlawan selayaknya adalah hari mengenang pahlawan yang telah membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Jadi, hari pahlawan bukan hanya untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, tetapi juga mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah membawa Indonesia menjadi lebih baik setelah proklamasi dicetuskan di tanah air ini. Namun, apa yang terjadi sekarang ini? Hari Pahlawan hampir dianggap seluruh rakyat Indonesia merupakan hari yang biasa saja. Sungguh memilukan keadaan ini... Mengapa? Karena dengan berubahnya pola pikir masyarakat Indonesia terhadap hari pahlawan yang tadinya menyambut dengan suka cita menjadi sikap acuh menandakan bangsa ini mengalami krisis moral. Bangsa ini krisis akan hal untuk menghargai perjuangan seseorang. Krisis ini bukan hanya melanda pada hati-hati rakyat jelata, tetapi juga pejabat-pejabat elit.

Kita dapat mengambil banyak contoh atas hal tersebut. Misalnya, pada hari Minggu 11/11/07 yang lalu, saya menyempatkan diri untuk menonton acara "Republik Mimpi" yang disiarkan melalui stasiun televisi MetroTV. Pada acara tersebut kebetulan juga sedang mengangkat tema "Hari Pahlawan". Singkatnya, pada acara tersebut dikisahkan seorang veteran perang yang dulunya ikut berjuang melawan para penjajah bersama Jendral Sudirman. Sungguh menyedihkan sekali hidupnya karena ia sekarang ini hidup dengan serba kekurangan, mungkin tak ubahnya dengan kehidupannya kala ia masih mengangkat senjata. Di usianya sudah renta, sudah tak memungkinkannya lagi untuk bekerja menafkahi keluarganya. Namun apa yang terjadi? Ia masih bekerja sebagai tukang sapu untuk menafkahi keluarganya, walaupun hasil dari pekerjaanya sangat tidak mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Selayaknya seseorang seperti beliau diayomi oleh negara karena jasa-jasanya kala itu daripada negara mengayomi para pejabat yang saat ini perilakunya sangat menyimpang. Saya rasa negara tidak ada ruginya memberikan perlakuan kepada para veteran perang dengan baik daripada menggaji para anggota DPR yang kerjanya tidak becus dan menghambur-hamburkan kas negara, baik dengan praktik korupsi maupun dengan kunjungan ke luar daerah atau luar negeri dengan tujuan yang tidak jelas.

Kembali lagi ke kisah veteran tadi...Sebelumnya veteran itu pernah diulas kehidupannya pada acara "Republik Mimpi" sebelumnya. Pada saat itu, dia itu masih tidak diperhatikan oleh pejabat daerah setempat maupun dari pusat. Padahal, pada masa pemerintahan Suharto beliau pernah beberapa kali mendapat "gaji", namun seiring berjalannya waktu sudah tidak diperhatikan lagi. Pada acara "perdana"-nya di "Republik Mimpi", kebetulan pejabat daerah setempat dimana ia tinggal itu menonton. Lalu, dengan segera mereka memanggil veteran tua itu (maaf ya, manggilnya veteran melulu soalnya lupa namanya) untuk bertemu dengan bupati daerah setempat. Lalu, apa yang terjadi? Bupati tersebut hanya memberi veteran tua itu selembar piagam yang isinya menandakan bahwa ia seorang veteran perang yang andilnya cukup besar dalam memerdekakan bangsa ini dari penjajahan. Sungguh keterlaluan.... Di usianya yang sudah renta ditambah dengan kesehatan fisiknya yang sudah memburuk, apresiasi pemerintah daerah kepadanya hanyalah selembar piagam penghargaan. Apalah gunanya piagam itu bagi dia saat ini?

Secuplik kisah di atas hanyalah salah satu dari banyaknya kejadian yang hampir serupa yang menimpa para veteran perang di Indonesia. Beruntunglah veteran tua itu diangkat kisahnya di hadapan publik melalui acara "Republik Mimpi" sehingga memunculkan orang-orang yang berbelas kasihan padanya. Namun, bagaimana dengan nasib veteran perang yang lain yang kisahnya tidak terekspos ke hadapan umum?

NO COMMENTS YET: