Wednesday, January 30, 2008

FAQ About Flatus

Flatus yang apabila diterjemahkan ke dalam Indonesia adalah 'kentut' merupakan fenomena alam yang biasa terjadi pada tubuh kita. Namun, fenomena alam yang sudah biasa ini masih saja dipertanyakan oleh banyak orang. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang sering diutarakan oleh banyak orang beserta jawaban inteleknya.

1. Dari mana asal kentut ?
Dari gas dalam usus. Gas dalam usus berasal dari udara yang kita telan, gas yang menerobos ke usus dari darah, gas dari reaksi kimia & gas dari bakteri dalam perut.

2. Apa komposisi kentut ?
Bervariasi. Makin banyak udara anda telan, makin banyak kadar nitrogen dalam kentut (oksigen dari udara terabsorbsi oleh tubuh sebelum sampai di usus). Adanya bakteri serta reaksi kimia antara asam perut & cairan usus menghasilkan karbondioksida. Bakteri juga menghasilkan metana & hidrogen. Proporsi masing-masing gas tergantung apa yang anda makan, berapa banyak udara tertelan, jenis bakteri dalam usus, berapa lama kita menahan kentut. Makin lama menahan kentut, makin besar proporsi nitrogen, karena gas-gas lain terabsorbsi oleh darah melalui dinding usus. Orang yang makannya tergesa-gesa kadar oksigen dalam kentut lebih banyak karena tubuhnya tidak sempat mengabsorbsi oksigen. (Makanya jangan suka nahan kentut ).

3. Kenapa kentut berbau busuk ?
Bau kentut karena kandungan hidrogen sulfida & merkaptan. Kedua senyawa ini mengandung sulfur (belerang). Makin banyak kandungan sulfur dalam makanan anda, makin banyak sulfida & merkaptan diproduksi oleh bakteri dalam perut, & makin busuklah kentut anda. Telur & daging punya peran besar dalam memproduksi bau busuk kentut. Kacang-kacangan berperan dalam memproduksi volume kentut, bukan dalam kebusukannya.

4. Kenapa kentut menimbulkan bunyi ?
Karena adanya vibrasi lubang anus saat kentut diproduksi. Kerasnya bunyi tergantung pada kecepatan gas. (Dan diameter lubang anus anda, hi..hi….)

5. Kenapa kentut yang busuk itu hangat & tidak bersuara ?
Salah satu sumber kentut adalah bakteri. Fermentasi bakteri & proses pencernaan memproduksi panas, hasil sampingnya adalah gas busuk. Ukuran gelembung gas lebih kecil, hangat & jenuh dengan produk metabolisme bakteri yg berbau busuk. Ini kemudian menjadi kentut, walau hanya kecil volumenya, tapi SBD (Silent But Deadly).

6. Berapa banyak kentut diproduksi sehari ?
Rata-rata setengah liter sehari dalam 14 kali kentut.

7. Mengapa kentut keluar melalui lubang dubur ?
Karena density-nya lebih ringan, kenapa gas kentut tidak melakukan perjalanan ke atas? Tidak demikian. Gerak peristaltik usus mendorong isinya ke arah bawah. Tekanan di sekitar anus lebih rendah. Gerak peristaltik usus menjadikan ruang menjadi bertekanan, sehingga memaksa isi usus, termasuk gas-nya untuk bergerak ke kawasan yg bertekanan lebih rendah, yaitu sekitar anus. Dalam perjalanan ke arah anus, gelembung-gelembung kecil bergabung jadi gelembung besar. Kalau tidak ada gerak peristaltik, gelembung gas akan menerobos ke atas lagi, tapi tidak terlalu jauh, karena bentuk usus yg rumit & berbeit-belit. (Bayangkan kalo kentut keluar dari lubang hidung).

8. Berapa waktu yang diperlukan oleh kentut untuk melakukan perjalanan ke hidung orang lain ?
Tergantung kondisi udara, seperti kelembaban, suhu, kecepatan & arah angin, berat molekul gas kentut, jarak antara ‘transmitter’ dengan ‘receiver’. Begitu meninggalkan sumbernya, gas kentut menyebar & konsentrasinya berkurang. Kalau kentut tidak terdeteksi dalam beberapa detik, berarti mengalami pengenceran di udara & hilang ditelan udara selama-lamanya. Kecuali kalau anda kentut di ruang sempit, seperti lift, mobil, konsentrasinya lebih banyak, sehingga baunya akan tinggal dalam waktu lama sampai akhirnya diserap dinding.

9. Apakah setiap orang kentut ?
Sudah pasti, kalau masih hidup. Sesaat setelah meninggalpun orang masih bisa kentut. (Makanya gak usah malu kalo sering kentut)

10. Betulkah laki-laki kentut lebih sering daripada perempuan ?
Tidak ada kaitannya dengan gender.. Kalau benar, berarti perempuan menahan kentutnya, & saat kentut banyak sekali jumlah yg dikeluarkan. (Makanya kentut perempuan lebih bau, ha..ha….)

11. Saat apa biasanya orang kentut ?
Pagi hari di toilet. yang disebut “morning thunder”. Kalau resonansinya bagus, bisa kedengaran di seluruh penjuru rumah.

12. Mengapa makan kacang-kacangan menyebabkan banyak kentut ?
Kacang-kacangan mengandung zat gula yang tidak bisa dicerna tubuh. Gula tsb (raffinose, stachiose, verbascose) jika mencapai usus, bakteri di usus langsung berpesta pora & membuat banyak gas. Jagung, paprika, kubis, kembang kol, susu juga penyebab banyak kentut (bukan baunya!).

13. Selain makanan, apa saja penyebab kentut ?
Udara yang tertelan, makan terburu-buru, makan tanpa dikunyah, minum soft drink, naik pesawat udara (karena tekanan udara lebih rendah, sehingga gas di dalam usus mengalami ekspansi & muncul sebagai kentut).

14. Apakah kentut sama dengan sendawa, tapi muncul dari lain lubang ?
Tidak… sendawa muncul dari perut, komposisi kimianya lain dengan kentut . Sendawa mengandung udara lebih banyak, kentut mengandung gas yang
diproduksi oleh bakteri lebih banyak.

15. Kemana perginya gas kentut kalau ditahan tidak dikeluarkan ?
Bukan diabsorbsi darah, bukan hilang karena bocor.. Tapi bermigrasi ke bagian atas menuju usus & pada gilirannya akan keluar juga. Jadi bukan lenyap, tapi hanya mengalami penundaan.

16. Mungkinkah kentut terbakar ?
Bisa saja. Kentut mengandung metana, hidrogen yang combustible (gas alam mengandung komponen ini juga). Kalau terbakar, nyala-nya berwarna biru karena kandungan unsur hidrogen. (Kalo naik gunung, lupa bawa korek api tapi mau masak indomie, pakai aja kentut buat nyalain kompor)

17. Bisakah menyalakan korek api dengan kentut ?
Jangan mengada-ada. .. konsistensinya lain. Juga suhunya tidak cukup panas untuk memulai pembakaran.

18. Mengapa kentut anjing & kucing lebih busuk ?
Karena anjing & kucing adalah karnivora (pemakan daging). Daging kaya akan protein. Protein mengandung banyak sulfur, jadi bau kentut binatang ini lebih busuk. Lain dengan herbivora seperti sapi, kuda, gajah, yang memproduksi kentut lebih banyak, lebih lama, lebih keras bunyinya, tapi relatif tidak berbau. (Makanya lebih baik pelihara gajah di rumah daripada anjing).

19. Betulkah bisa teler kalau mencium bau kentut 2-3 kali berturut-turut ?
Kentut mengandung sedikit oksigen, mungkin saja anda mengalami pusing kalau mencium bau kentut terlalu banyak. (Makanya yang punya hobi cium bau kentut, sebaiknya dikurangin)

20. Apakah warna kentut ?
Tidak berwarna. Kalau warnanya oranye seperti gas nitrogen oksida, akan ketahuan siapa yang kentut.

21. Kentut itu apakah asam, basa atau netral ?
Asam, karena mengandung karbondioksisa (CO2) & hidrogen sulfida (H2S).

22. Apa yang terjadi kalau seseorang kentut di planet Venus ?
Planet Venus sudah banyak mengandung sulfur (belerang) di lapisan udaranya, jadi kentut di sanapun tidak ada pengaruhnya.

baca selengkapnya...

Tuesday, January 29, 2008

Napi Kocak




baca selengkapnya...

Monday, January 28, 2008

Horor, bukan???

Kisah yang sangat menyeramkan dan mengerikan ini terjadi pada seorang staff laki-laki yang bekerja di lantai 14 sebuah gedung di jalan Sudirman - Jakarta. Pada hari tersebut (hari kamis malam jumat) beliau bekerja lembur dan terpaksa pulang agak larut malam sekitar jam 23:00 malam sendirian. Sampai di depan lift, dia pun tekan tombol untuk turun.

Kemudian pintu lift terbuka tanpa ada siapa-siapa didalamnya. Dia masuk dan menekan tombol ‘G’ untuk menuju ground floor. Tetapi entah kenapa lift ini bukannya turun melainkan terus naik keatas. Lift berjalan terus hingga sampai ke lantai 25, berhenti dan terbuka. Ketika pintu lift terbuka, ada seorang wanita cantik jelita dan menawan sekali tersenyum manis dan masuk ke lift.

Si Staff laki-laki tersebut merasa heran…..karena dia merasa tidak pernah melihat perempuan tersebut selama dia bekerja di gedung tersebut. Perempuan tersebut masuk dan berdiri di belakangnya. Diapun bertanya-tanya dalam hatinya … siapa perempuan tersebut, dan kenapa sudah lewat malam belum pulang kerumahnya. Mau disapa terasa malu pula, jadi masing-masing saling terdiam. Dalam suasana hening dan sunyi itu, lift turun perlahan tingkat demi tingkat. Tapi ketika sampai pada lantai 10 , lampu lift padam dan lift berhenti. Seketika itu dia mencium aroma bau yang teramat busuk, yang mengganggu hidungnya. Dan bulu romanya tiba-tiba merinding. Diapun langsung berkeringat dingin dan ……. sebisa-bisanya membaca ayat-ayat suci yang terlintas dikepalanya sambil memberanikan diri dan perlahan-lahan menoleh kebelakang setelah lampu lift menyala.

Dan apa yang …..dilihat….?

Tiba-tiba saja, perempuan yang berada dibelakangnya tertawa malu…dan berkata:

“Maaf ya ‘Mas’, saya kentut ..”

baca selengkapnya...

Tuesday, January 22, 2008

Kematian Paman Gober

Sebuah cerpen oleh Seno Gumira Ajidarma

Kematian paman gober ditunggu-tunggu semua bebek. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu-nunggu saat itu. Setiap kali penduduk Kota Bebek membuka koran, yang mereka ingin ketahui hanya satu hal : apakah hari ini Paman Gober sudah mati. Paman Gober memang terlalu kuat, terlalu licin, dan bertambah kaya setiap hari. Gudang-gudang uangnya berderet dan semuanya penuh. Setiap hari Paman Gober mandi uang disana, segera setelah menghitung jumlah terakhir kekayaannya, yang tak pernah berhenti bertambah.

Begitu kayanya Paman Gober, sehingga ia tak bisa hafal lagi pabrik apa saja yang dimilikinya. Bila terlihat pabrik di depan matanya, ia hampir selalu berkata, "oh, aku lupa, ternyata aku punya pabrik sepatu." Kejadian semacam ini terulang di muka pabrik sandal, pabrik rokok, pabrik kapal,pabrik arloji, maupun pabrik tahu-tempe. Boleh dibilang, hampir tidak ada pabrik yang tidak dimiliki Paman Gober. Ibarat kata, uang dicetak hanya untuk mengalir ke gudang uang Paman Gober.

Meskipun kaya raya, anggota klub milyarder no.1, Paman Gober adalah bebek yang sangat pelit. Bahkan kepada keluarganya, Donal bebek, ia tidak pernah mewmberi bantuan, meski Donal telah bekerja sangat keras malah Donal ini, beserta keponakan-keponakan nya Kwak, Kwik, dan Kwek, hamper selalu diperas tenaganya, dicuri gagasannya, dan hasilnya tidak pernah dibagi. Cendekiawan jenius Kota Bebek, Lang Ling Lung, yang dimuka rumahnya tertera papan nama Penemu, Bisa Ditunggu, pun hamper selalu diakalinya.

Sudah berkali-kali Gerombolan Siberat, tiga serangkai kelas kakap, menggarap gudang uang Paman Gober, namun keberuntungan selalu berada dipihak Paman Gober. Pman Gober tak terkalahkan, bahkan oleh Mimi Hitam, tukang tenung yang suka terbang naik sapu. Sudah beberapa kali Mimi Hitam berhasil merebut Keping Keberuntungan, jimat Pman Gober, namun keping uang logam kumuh itu selalu berhasil direbut kembali. Tidak bisa dipungkiri, Paman Gober memang pekerja keras. Masa mudanya habis dilorong-lorong gua emas. Sebuah gunung emas yang ditemukannya menjadi modal penting yang telah melambungkannya sebagai taipan tak tersaingi dari Kota Bebek.

Suatu hal yang menjadi keprihatinan Nenek Bebek, sesepuh Kota Bebek yang mengasingkan ke sebuah pertanian jauh di luar kota, addalah kenyataan bahwa Paman Gober dicintai kanak-kanak sedunia. Pman Gober menjadi legenda yang disukai. Pman Gober begitu rakus. Pman Gober begitu pelit. Tapi ia tidak dibenci. Setiap kali ada orang mengecam,menyaingi, pokoknya mengancam reputasi Paman Gober sebagai orang kaya, justru orang itu tidak mendapat simpati. Paman Gober bisa menangis tersedu-sedu meski hanya kehilangan uang satu sen. Ia sama sekalli bukan tokoh teladan, tapi mengapa ia bisa begitu dicintai?
"Dunia sudah jungkir balik," ujar Nenek Bebek kepada Gus Angsa, yang meski suka makan banyak, sangat malas bekerja. Namun Gus Angsa sudah tertidur sembari bermimpi makan roti apel.

"Suatu hari dia pasti mati," ujar Kwik.

"Memang pasti, tapi kapan?" Kwak menyahut.

"Kwek!" Hanya itulah yang bisa dikatakan Kwek. Dasar bebek.

Begitulah, setiap hari, Lubas, anjing dirumah Donal, membawa Koran itu dari depan pintu ke ruang tengah.

"Belum mati juga!"

Donal segera membuang lagi Koran itu dengan kesal. Karena memang tiada lagi berita yang bisa dibaca di Koran. Banyak kabar, tapi bukan berita. Bnyak kalimat, tapi bukan informasi. Banyak huruf, tapi bukan pengetahuan. Koran-korantelah menjadi kertas, bukan media.

Semua bebek memang menunggu kematian Pman Gober. Itulah kabar terbaik yang mereka harapkan terbaca. Paman Gober sendiri sebenarnya sudah siap untuk mati. Maklumlah, sebagai generasi tua di Kota Bebek, umurnya cukup uzur. Untuk kuburanya sendiri, ia telah membeli sebuah bukit, damn membangun mausoleum di tempat itu. Jadi, bukanya Paman Gober tidak mau mati. Ia sudah siap untuk mati.

"Mestinya, bebek seumur saya ini, biasanya ya sudah tahu diri, siap masuk ke liang kubur. Makanya, ketika saya diminta menjadi Ketua Perkumpulan Unggas Kaya, saya merasakan kegetiran dalam hati saya, sampai beberapa lama saya bisa bertahan? Apa tidak ada bebek lain yang mampu menjadi ketua?"

Kalimat semacam itu masuk ke dalam buku otobiografinya, Pergulatan Batin Gober Bebek, yang menjadi bacaan wajib bebek-bebek yang ingin sukses. Hampir setiap bab dalam buku itu mangisahkan bagaimana Paman Gober memeburu kekayaan. Mulai dari harta karun bajak laut, pulau emas, sampai sayuran yang membuat bebek-bebek giat bekerja, meski tidak diberi upah tambahan. Bab terakhir diberi judul Sampai Kapan Saya Berkuasa?. Memang, Paman Gober adalah ketua terlama Perkumpulan Unggas Kaya. Entah kenapa, ia selalu terpilih kembali, meski pemilihan selalu berlangsung seolah-olah demokratis. Begitu seringnya ia terpilih, sampai-sampai seperti tidak ada calon yang lain lagi.

"Terlalu, masak tidak ada bebek lain?"

Paman Gober selalu berbasa-basi. Namun, entah kenapa, kini bebek-bebek menjadi takut. Paman Gober, memang, terlalu berkuasa dan terl;alu kaya. Setiap hari yang dilakukannya adalah mandi uang. Ketika Donal Bebek bertanya dengan kritis, mengapa Paman Gober tidak pernah peduli kepada tetannga, bantuan keuangannya kepada Donal segera dihentikan.

"Kamu bebek tidak tahu diri, sudah dibantu, masih meleter pula."

"Apakah saya tidak punya hak bicara?"

"Bisa, tapi janngan asal meleter, nanti kamu aku sembelih."

"Aduh, kejam sekali, menyembelih bebek hanya dilakukan manusia."

"Ah, siapa bilang bebek tidak kalah kejam dari manusia."

"Lho, manusia makan bebek, apakah bebek makan manusia?"

"Yang jelas manusia bisa makan manusia."

"Tapi Pman mau menyembelih sesame bebek, apakah sudah mau meniru sifat manusia?"

Paman Gober mempunyai banyak musuh, namun Paman Gober suka memelihara musuh-musuh yang tidak pernah bisa mengalahkannya itu, justru untuk menunjukkan kebesarannya. Paman Gober sering muncul di televise. Kalau Paman Gober sudah bicara, kamera tidak berani putus, meskipun kalimat-kalimatnya membuat bebek tertidur. Paman Gober selalu menganjurkan bebek bekerja keras, seperti dirinya, dan Paman Gober juga semakin sering menceritakan ulang jasa-jasanya kepada warga Kota Bebek.

"Coba, kalau aku tidak membangun jalan, air mancur, dan monument, apa jadinya Kota Bebek?"

Tidak ada yang berani melawan. Tidak ada yang berani bicara.

"Paman Gober," kata Donal suatu hari, kenapa Paman tidak mengundurkan diri saja, pergi ke pertanian seperti Nenek, menyepi, dan merenungkan arti hidup? Sudah waktunya Pman tidak terlibat lagi dengan urusan duniawi."

"Lho, aku mau saja Donal. Aku mau hidup jauh dari Kota Bebek ini. Memancing, main golf, makan sayur asem, dan membaca butir-butir falsafah hidup bangsa bebek. Tapi, apa mungkin aku menolak untuk dicalonkan? Apa mungkin aku menolak kehormatan yang segenap unggas? Terus terang, sebenarnya sih aku lebih suka mengurus peternakan."

Maka hari-hari pun berlalu tanpa penggantian pimpinan. Demokrasi berjalan, tapi tidak memikirkan pimpinan, karena memang hanya ada atu pemimpin. Segenap pengurus bisa dipilih berganti-ganti, namun kedudukan Paman Gober tidak pernah dipertanyakan. Para pelajar seperti Kwik, Kwek, dan Kwak menjadi bingung bila membandingkannya dengan sejarah kepemimpinan kota lain. Kota Bebek seolah-olah memiliki pemimpin abadi. Generasi muda yang lahir setelah Paman Gober berkuasa bahkan sudah tidak mengerti lagi, apakah pemimpin itu memang bisa diganti. Mereka pikir keabadian Paman Gober sudah semestinya.

Dan itulah celakanya kanak-kanak mencintai Paman Gober. Riwayat hidup Paman Gober dibikin komik dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Bebek terkaya yang sangat pelit dan rakus ini menjadi teladan baru. Nenek Bebek tidak habis pikir, mengapa pendidikan, yang mestinya semakin canggih, membolehkan budi pekerti seperti itu. Generasi muda ingin meniru Paman Gober, menjadi bebek yang sekaya-kayanya, kalau bisa paling kaya di dunia.

"Paling kaya di dunia?" Kwak bertanya.

" Iya, paling kaya di dunia," jawab Nenek Bebek.

"Apakah itu hakikat hidup bebek?"

"Bukan, itu hakikat hidup Paman Gober."

Sementara itu, nun di gudang uangnya yang sunyi, Paman Gober masih terus menghitung uangnya dari sen ke sen, tidak ditemani siapa-siapa. Matanya telah rabun. Bulunya sudah rontok. Sebetulnya ia sudah pikun, tapi ia bagai tak tergantikan.

Semua bebek menunggu kematian Paman Gober. Tiada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu-nunggu saat itu. Setiap kali penduduk Kota Bebek membuka koran, yang ingin meraka ketahui hanya satu : apakah hari ini Paman Gober sudah mati. Setiap pagi mereka berharap akan membaca berita Kematian Paman Gober, dihalaman pertama.

baca selengkapnya...

Monday, January 21, 2008

Download File .mp3 Dari Multiply

Multiply.com merupakan salah satu situs jejaring sosial dimana di sana kita dapat berbagi banyak hal kepada orang lain, baik itu member situs tersebut atau bukan. Salah satunya adalah musik atau file-file .mp3. Fasilitas untuk mengunduh file-file .mp3 tersebut sekarang ini sudah dihilangkan oleh pihak Multiply sehingga kita hanya bisa menikmati fasilitas streaming saja.

Nah, sekarang jangan khawatir karena saya punya sedikit trik untuk mengunduh file .mp3 yang ada di Multiply . Caranya sih cukup mudah, antara lain:
  • Login terlebih dahulu. Bagi yang belum mempunyai account Multiply silahkan register terlebih dahulu (santai aja gratis ini :)).
  • Cari file .mp3 atau musik yang ingin kamu unduh dengan memanfaatkan fasilitas "search" yang ada di Multiply
  • Klik link situs yang memuat file .mp3 atau musik yang kamu cari tersebut.
  • Klik kanan pada link "Play this playlist" dan pilih Save target as.. pada Internet Explorer atau Save Link As.. pada Mozilla Firefox.
  • Ketika dialog box menanyakan lokasi penyimpanan, pilih saja pada direktori yang diinginkan. Sekalian saja ubah ekstensi file dari .m3u menjadi .txt.
  • Untuk pengguna Windows, buka Wordpad (dari Start — Programs — Accessories). Dengan Wordpad, arahkan ke direktori dimana menyimpan file playlist tadi, dan pilih file blabla.txt tadi untuk dibuka.
  • Sekarang tentunya dapat melihat baris-baris yang merupakan alamat web dari masing-masing file. Pilih-pilih saja berdasarkan nama file mp3 yang ada pada bagian tengah baris. Copy-paste ke address bar browser (seperti Internet Explorer atau Firefox), dan seharusnya proses download file .mp3 pilihan akan dimulai.
Selamat mencoba... :)

baca selengkapnya...

Wednesday, January 16, 2008

Feminisme koq,,, salah kaprah?

Feminisme rasanya tidak asing lagi di telinga kita. Adalah gerakan yang diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi keperempuanan. Kartini -pahlawan Indonesia-red- biasa menyebutnya dengan Emansipasi. Pada awalnya feminisme bangkit untuk membela para wanita dari ketertindasan serta menuntut penyerataan hak perempuan dan laki-laki dalam segala bidang.

Tapi kemudian Feminisme, yang semula lahir sebagai gerakan yang membela kaum wanita dalam meningkatkan harga diri wanita yang ingin dinilai sesuai dengan potensinya sebagai manusia tanpa harus memandang gender, kemudian mulai disalahartikan. Ingin menaikan harga diri tapi malah menjatuhkan (harga) diri sendiri.

Sedikit cerita, di Austria kesalahpahaman mengenai arti kata “Feminisme”, membuat bocah 14 tahun mau bertukar pasangan 3 kali dalam sehari. Ketika ditanya alasannya, kemudian ia menerangkan “Boys can do it, then why we can`t…saya merasa bangga bisa menaklukan 3 orang cowok dalam sehari. Dan diantara mereka tidak perlu ada yang tahu satu dengan lainnya. Itu kan yang biasa dilakukan pria, seenaknya berganti-ganti pasangan, kemudian menyakiti para gadis”.

Di belahan negara lainnya, seorang wanita menuntut persamaan toilet, karena wanita diyakini juga dapat (maaf) kencing berdiri seperti halnya pria. Saya juga pernah mendengar adanya gerakan “Feminisme bertelanjang dada” dan “gerakan pembakaran BH”.

Feminisme kemudian disalahartikan oleh kaum wanita itu sendiri. Banyak wanita yang menjadi korban salah kaprah ini. Ironis sekali, Feminisme yang terlahir sebagai cita-cita mulia para wanita pendahulu, kemudian berubah menjadi kemerosotan harga diri seorang wanita, yang lucunya - namun juga menyedihkan – si wanita itu sendiri tidak menyadarinya. Menyadari bahwa ia telah menjatuhkan harga dirinya.

Di Indonesia sendiri? Virginitas bagi wanita Indonesia(tidak semuanya), sekarang bukanlah suatu hal yang patut dipertahankan lagi. Saya pernah bertanya pada seorang teman -wanita juga-red- , apa yang menyebabkan wanita tak perlu lagi mempertahankan ke-virgin-annya, ia menjawab “Kalau pria saja bisa mengobral ke-virgin-annya(keperjakaan), mengapa kita harus menjaganya? Saat kita mulai menjalani hubungan itu(pacaran), kita gak pernah tau apakah dia masih(perjaka) atau gak. Lagian bukan suatu hal yang aneh lagi jika di zaman sekarang ini banyak cewek yang gak virgin lagi”. Benarkah jawaban atas semua itu adalah zaman semata?

Kerancuan anggapan mengenai “Feminisme” inilah yang perlu dibenahi.Anggapan yang kemudian menggeser tradisi dan budaya yang kita banggakan dengan budaya kiriman yang baru (Western).

Hal lain! Menurut pengamatan yang saya lakukan, rupanya di Indonesia, Bandung khususnya, rokok menjadi komoditas utama yang digemari wanita-wanita zaman sekarang, selain pakaian dan cemilan. Menurut sebagian diantaranya, rokok lebih bisa menenangkan pikiran, dibandingkan shopping&ngemil –ada sebagian wanita yang lari dari permasalahan dengan cara-cara ini-red.

Dan alasan lainnya, tentu saja “cowok juga ngerokok kok… kenapa kita-kita gak boleh??” Padahal tidak perlu di jelaskan lagi, semua yang saya jabarkan di atas (termasuk rokok), tak lain akan merugikan kaum wanita itu sendiri.

Sebodoh itukah wanita-wanita sekarang? “Feminisme”(radikal) telah menutup mata hati mereka untuk melihat kerugian yang mereka alami. Sebodoh itukah? Padahal banyak diantara mereka yang mengeyam pendidikan dan pengajaran.

Bukan saatnya kita berdebat apakah karena saking bodohnya mereka atau saking pintarnya. Saatnya sekarang wanita-wanita bangkit memperjuangkan Feminisme yang sebenarnya. Bagi wanita-wanita yang sudah telanjur pada kesalahan yang tidak ‘disengaja’ tadi, bangkitlah dari keterpurukan. Bagi wanita-wanita yang mampu melihat fenomena ini, bantulah untuk bangkit. Kita harus benar-benar bersatu.

O ya! Bagaimana kalau saya ajak anda-anda berpikir sebaliknya? Kalau selama ini wanita selalu saja dituntut untuk menjaga budaya ketimuran (yang semula dirasa menguntungkan kaum pria), hingga akhirnya muncul yang namanya “Feminisme”yang kemudian disalah-artikan, dan menyebabkan serba salah. Bagaimana kalau sekarang kita yang menuntut mereka-kaum pria-red- untuk tidak hanya menuntut keperawanan, tapi mereka juga harus menjaganya (keperjakaan) juga.

Kita sudah terlalu sering mengikuti mereka, bahkan membuat mereka menjadi satu acuan kesetaraan. Bagaimana kalau sekarang, mereka mengikuti kita? Harus dimengerti memang, kalau wanita perawan sekarang sangat jarang ditemui. Oleh karena itu pria sebaiknya tak usah mempermasalahkan Virginitas wanita(biarkan kaum wanita itu sendiri yang mempermasalahkan dan mencari solusi bagi dirinya). Pria sebaiknya lebih menghargai wanita, baik ia virgin (apalagi) atau tidak virgin (apa boleh buat). Toh selama ini wanita selalu menghargai pria tanpa memandang Virgin atau tidaknya.

Dan sekali lagi, jangan hanya menuntut wanita untuk menjaga kaidah-kaidah ketimuran. Pria juga wajib menjaga dong (pahala), sebagaimana kaidah-kaidah keagamaan. Selama ini wanita dituntut untuk lebih mengerti dan mau menjaga. Pria? Rasanya tidak ada tuntut yang seperti itu dalam hal ini.

Mengenai rokok? Katakan saja ”Ngertilah....hari gini gitu loh..(zaman sekarang). Kalian-pria-red- juga jangan ngerokok dong.. jangan cuma bisa ngelarang doang”. Kenapa saya katakan zaman sekarang? Zaman yang udah berubah mau gak mau harus kita terima sementara, sebelum kita benar-benar mengubahnya.

Bagaimana? Siap untuk merubahnya wanita-wanita? Memperjuangkan hak-hak wanita yang sebenarnya? Anda yang tahu jawabannya. Anda juga yang lebih tahu caranya.

Dikutip dari: dudung.net

baca selengkapnya...

Friday, January 11, 2008

[End]Matinya Hercules dan Xena

Kisah Sebelumnya...

***

Negeri di Awan, tak berwaktu.

Petir menggelegar. Awan menutupi cakrawala. Dewa-dewi dirundung dukacita mahahebat atas matinya Hercules dan Xena. Mereka sedih bukan kepalang – berhari-hari mengadakan upacara kematian, bernyanyi-nyanyi dalam kolam kepedihan. Mereka kecewa. Mereka menyesal, mengapa mengorbankan Hercules dan Xena. Mereka murka terhadap negeri yang membunuh putra-putri terbaik mereka. Mereka benci, teramat benci. Dendam berkobar di pusat mata….

Tanpa dikomando lagi, seluruh dewa-dewi berkumpul dengan pakaian perang. Masing-masing menciptakan pasukan perang (anjing, kucing, rajawali, kodok, heina, serigala, banteng, monyet, singa, harimau, gajah, buaya) lengkap dengan persenjataan ampuh.

Seketika angin berseliweran. Petir menyambar-nyambar. Ombak menggeram. Awan gulung-gemulung. Gunung-gunung berloncatan. Hujan menderas ganas. Semua bersatu dan berpacu dalam mission impossible: meluluhlantakkan negeri yang mereka sebut Negeri Jahanam!


***

Negeri tanpa peta, dalam hitungan burung hantu.

Bersamaan petir menggelegar dahsyat, langit mendadak gelap. Teramat gelap dengan awan bergulung hitam. Dari balik awan menyerbu jutaan kelelawar dan burung-burung gagak bersayap darah, memekik-mekik – berlelehan kutukan…

”Ssssrrrrrrrrrkkkkqqqqq….! Gggrrrrrrrrhhhhhsssssiiissss…..! Kkkrrrrrrraaaaaaakkkkkkggggghh….! Wweeeeerrrrrrrrrxxxxmmmmmmssss……!”

baca selengkapnya...

Wednesday, January 9, 2008

[Part II]Matinya Hercules dan Xena

Kisah Sebelumnya...

”Sedari tadi kami sudah mendengar pembicaraan dewa-dewi yang mulia. Dan kami sudah tahu tugas kami. Kami sangat memahaminya. Tak perlu ragu. Kami siap menyelesaikannya,” tegas Hercules, tegar. Xena pun mengangguk pasti.

Mendengar semangat juang Hercules dan Xena, seketika dewa-dewi terpana lega. Wajah kembali diangkat. Sekujur tubuh mereka bermandikan cahaya yang luar biasa. Lalu, mereka berlompatan sambil bersorak: ssssuuuuuiiiiiitttjjjjbbbblllluuuungggg…

”Masalah hidup mati kami tak perlu diperdebatkan. Apalagi seluruh makhluk tahu, kita tak mungkin mati,” ucap Hercules.

Mendengar itu, cahaya yang memenuhi dewa-dewi semakin berpendaran, dan sorak semakin riuh: sssuuuiiiirrrrjjjjbbbblllluuunnggggeeeeennggg….

”Masih berjubel masalah lain yang lebih pelik yang patut diperdebatkan. Misalnya, masalah anak-anak terlantar, pengangguran, dan sekolah-sekolah yang ambruk. Itu perlu dicarikan solusi. Terlebih lagi, masalah politikus yang banyak omong, patut dibasmi,” lanjut Xena seraya mengedarkan pandangan ke seluruh dewa-dewi, ”Mulai banyak di antara dewa-dewi yang nganggur tetapi terus foya-foya. Segala cara dihalalkan asal dapat memperoleh kenikmatan. Juga semakin banyak dewa-dewi yang kerjanya cuma jual janji, tetapi tak satu pun terbukti. Kerjanya cuma menipu ke sana-ke mari.”

Bagi dewa-dewi yang masih berjiwa, segera menunduk, malu. Sementara dewa-dewi yang tak berjiwa atau kehabisan jiwa, tetap cuek – bahkan ada yang mangut-mangut, seolah paling suci.

”Betul. Persoalan-persoalan seperti itu patut segera diselesaikan,” tandas Hercules.

Di antara dewa-dewi, ada yang tersedu-sedu menepuki kepala:

nngguuiiiinngggxxxxiiiinnnggsssrrreeeeelllkkkfff…

”Satu hal yang kami pelajari, mati dalam tugas adalah suatu kehormatan,” tambah Xena, ”dari pada mati kecebur di comberan, diseruduk sapi, atau keserempet truk.”

Tiba-tiba dewa-dewi terperangah senang dan bersorak bangga: tttrrrruuuuuiiiiinggggg…

”Jadi, sungguh, kalian siap menjalankan misi mahapenting ini?” tanya dewa berpakaian cahaya keemasan.

Hercules dan Xena mengangguk.

”Sudah siap menghadapi segala risiko yang mengancam di lapangan?”

Hercules dan Xena kembali mengangguk.

”Meski keberadaan kalian menjadi taruhan?”

”Tugaskan saja kami. Apa pun risikonya siap kami hadapi. Dan kami akan bertanggung jawab terhadap segala perbuatan kami,” tegas Hercules dan Xena berbarengan. ”Tak perlu cari kambing hitam.”

Dewa-dewi bertepuk tangan, bersorak sukacita tiada terkira: tttrrruuuuiiinnngggrreeeeeennnngggg….

Maka, dengan membawa segala ilmu dan persenjataan, Hercules dan Xena berangkat, turun ke bumi – menumpas kejahatan yang merajalela di sebuah negeri.


***

Negeri tanpa peta, dalam hitungan burung hantu.

Hercules dan Xena terperangah. Mulut mereka sampai menganga sedalam goa. Benar-benar tak percaya atas segala peristiwa yang terjadi di negeri yang kini di depan mata.

Begitu Hercules dan Xena menjejakkan kaki, tepatnya di tanah air negeri yang ditakutkan dewa-dewi itu, langsung disambut huru-hara mengerikan. Orang-orang saling serang, saling bunuh. Wanita-wanita diperkosa beramai-ramai. Darah berceceran di jalan-jalan dan pekarangan rumah – dijadikan hiasan. Korban bergelimpangan – persis sampah. Pistol, pisau, pedang dan kelewang dijadikan mainan. Sementara pejabat dan konglomerat asyik berjudi sambil minum arak dan makan sate hati siapa saja.

”Ya, ampun!” pekik Xena terbelalak selebar-lebarnya. Bolamatanya hampir meloncat. ”Gimana mungkin kita mampu melawan keganasan turun-temurun ini? Lebih buas dari seribu singa!”

Hercules mengempas napas, tak berdaya. ”Kebuasan mereka bahkan sudah berurat berakar. Otak mereka sudah dijejali cacing, ulat dan lintah. Hati mereka sudah menjadi sarang ular-ular berbisa. Tubuh mereka sudah menjadi hunian iblis dan hantu. Saya yakin, mereka jauh lebih kejam dari Medusa,” resah Hercules.

”Sudah kita habisi ratusan penyihir jahat yang memiliki kesaktian luar biasa, tetapi, ah, rasanya kita tak sanggup mengalahkan mereka,” sahut Xena.

”Lihat, cenderawasih mereka kelupas lalu dipanggang, rencong mereka patah-patahkan, hijau hutan mereka cabik-cabik, selendang biru danau mereka koyak-moyak, nyanyian sungai mereka nodai hingga berlendir hitam. Ah, tak terhitung keganasan mereka…”

”Melihat besarnya kekuatan jahat mereka, saya tak tahu bertindak apa,” ucap Hercules. ”Baru pertama kali seumur hidup saya menyaksikan kejahatan selaknat ini.”

”Malah, aku yakin, kuasa kejahatan mereka lebih besar dari seratus iblis laknat sekali pun. Kekuatan kita tak ada artinya,” lirih pedih Xena.

”Ya, kita tak akan mampu mengubah mereka, meski dengan segala ilmu, kuasa dan persenjataan yang kita punya,” tanggap Hercules. ”Jangan-jangan, kekuatan seluruh dewa-dewi pun tak akan sanggup mengalahkan mereka.”

Pelahan, lemas segala persendian Hercules dan Xena. Di saat itulah ribuan lembing hinaan dilontarkan ke arah mereka.

”Hei, lihat, artis menyambangi kita! Emangnya suting film atau sinetron, berjudul ‘ketololan tiada akhir’! Atau, mereka sedang melakonkan adegan pejabat pura-pura turun ke desa!”

”Ah. Paling juga orang gila! Orang sok jagoan yang punya ilmu kebal dan bisa terbang. Puih, kayak film Indonesia!”

Lalu, mereka tertawa dan berjumpalitan – lebih seram dari drakula. Lalu, mereka melucuti pakaian, telanjang menari-nari, sesukanya.

Hercules dan Xena terkejut luar biasa. Tetapi, tiba-tiba tawa itu berubah penyerbuan senjata tajam dan caci maki. ”Bangsat! Jahanam! Kurang ajar! Bajingan tengik! Anak jadah! Setan!”

Hercules dan Xena lebih tercekam. Lalu, caci maki itu memuncak menjadi tuduhan keji disertai lemparan kotoran ke muka Hercules dan Xena. ”Mereka pengkhianat! Perampok! Penipu! Perusak moral! Pemerkosa! Pembunuh! Aktor intelektual! Penyulut pertikaian!!!”

Hercules dan Xena ketakutan, menggigil gemetaran, melihat mereka berubah menjadi ular-ular raksasa buas berkepala tujuh bertanduk seribu. Ribuan pasang mata nyalang merah tuba siap memangsa. Dan air liur merembes jingga di debu tanah.

Tiba-tiba terdengar teriakan, ”Buuunnnnuuuuuhhhhhh…!!!”

Sebelum Hercules dan Xena tersadar atas bahaya yang di depan mata, ular-ular raksasa buas berkepala tujuh bertanduk seribu itu berlomba menerkam:

”Nngggggrrrrrrrrreeeeekkkkkkkqqqjjjjhhhhh…..!!!”

Bersusah payah Hercules dan Xena melawan. Segala ilmu, kuasa dan persenjataan mereka keluarkan, tetapi tak mampu menghalau serangan ular-ular raksasa kelaparan itu. Serangan menderas tuba. Hercules dan Xena kewalahan. Serangan bukan berkurang, malah semakin banyak; mati satu tumbuh seribu — bermunculan dari tingkap-tingkap kegelapan dengan mata berkilatan dan taring haus darah. Hercules dan Xena sudah kehabisan ilmu dan kehebatan, hingga terdesak kelelahan dengan tubuh tercabik-cabik.

Akhirnya, diiringi jerit ketidakberdayaan dan petir yang menggelegar, Xena roboh bermandi darah, disusul Hercules. Ular-ular raksasa edan itu segera mengerubungi, menjilati darah, dan menyeret tubuh Hercules dan Xena ke dalam kegelapan tak bertepi…(bersambung)

Bagaimanakah reaksi Negeri Awan mendengar kekalahan Hercules dan Xena ini?


baca selengkapnya...

Friday, January 4, 2008

[Part I]Matinya Hercules dan Xena

Sebuah cerpen Maroeli Simbolon

Negeri di Awan, tak berwaktu. Dewa-dewi sedang mengadakan rapat penting dengan agenda utama: ”kekuasaan dewa-dewi terancam, sedang menuju kematian, akibat pengaruh negatif suatu negeri”. Entah negeri apa. Saking pelik persoalan mahapenting ini, mereka sampai tak mencatat nama negeri itu. Cuma wajah mereka berkerut-merut, bahkan ada yang sekujur tubuhnya ikut mengerut. Betapa mereka dililit persoalan yang luar biasa sulit.

Suasana sepi. Angin pun tak berani mengganggu keseriusan mereka. Persoalan ini sangat mendesak diselesaikan. Jika tidak, keberadaan dewa-dewi di ambang kehancuran total. Tetapi, apa yang terjadi? Sudah tujuh belas tahun mereka memikirkannya, otak mereka tak kunjung menemukan kunci penyelesaiannya. Entah kenapa. Apakah kekuatan mereka selaku dewa-dewi juga mulai terpengaruh oleh negeri itu?

”Apa yang harus kita lakukan menghalau pengaruh buruk negeri itu? Tidak adakah dari kita yang mampu memberi masukan?” tanya dewa yang berpakaian cahaya keemasan.

Dewa-dewi lainnya tetap merenung dan berpikir.

”Ah. Percuma saja kita dewa…” rutuknya. Lalu, ia mondar-mandir dengan tubuh semakin berkerut. ”Kerja kita cuma tahu memuji yang baik dan mengutuk yang jelek.”

Mendengar itu, secara tak sadar mereka mengakui, kekuasaan mereka tak mampu meredam pengaruh buruk negeri yang mengancam harmoni mereka. Untuk menghadapi negeri yang mereka sebut tak mengenal kasih sayang itu, sepertinya mereka tak berdaya. Haruskah mereka menjadi badut yang tak lucu, atau menjadi katak bodoh?

”Persoalan ini harus segera diselesaikan. Jika tidak, tinggal menghitung waktu, kita akan habis,” tanggap dewi yang berpakaian cahaya ungu keemasan. ”Coba rasakan pengaruh busuk dan tamak negeri itu sangat kuat menyusupi kita. Ini sangat berbahaya bagi kelangsungan kita. Ini tak boleh kita biarkan.”

Semua dewa-dewi mengangguk, tetapi tubuh semakin mengkerut.

”Betul. Saya kira, kita semua setuju pendapat itu. Masalah krusialnya, apa dan bagaimana menyelesaikannya,” tanggap dewi berpakaian cahaya keperakan sambil meluncur.

Dewa-dewi lainnya kembali merenung, membisu. Bahkan, ada yang semakin mengkerut di balik gugusan awan. Suasana semakin sepi sepisau nyeri.

Dan tiba-tiba, di tengah kebisuan yang mencekam itu, salah satu dewa cebol berpakaian cahaya pelangi teriak, ”Aku ada akal!”

Serta-merta suaranya yang keras cempreng itu mengagetkan dewa-dewi lainnya. Maka, sorot mata tertuju tepat ke arahnya, menanti tak sabar. Tetapi, dewa cebol berpakaian cahaya pelangi malah menunggu respons dari teman-temannya. ”Bagaimana?”

Dewa-dewi lainnya menjadi kesal bercampur geli. ”Bagaimana apanya?” dewi berpakaian cahaya kebiruan balik bertanya sambil menggeram ”Ya, kalian setuju usulku?”

”Setuju gimana? Kamu belum menyebutkan isi usulmu…”

Dewa cebol berpakaian cahaya pelangi tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya yang agak pitak. ”O, iya, ya,” ujarnya menyadari kesalahannya. ”Maksudku begini,” lanjutnya seraya menggelinding ke depan, ”Gimana jika kita tugaskan Hercules dan Xena untuk menyelesaikan masalah ini?!”

Petir menggelegar. Seketika dewa-dewi terkesima. Cukup lama terdiam, saling tatap. Hingga kemudian, pelahan-lahan satu per satu wajah mereka memancarkan cahaya.

”Usul menarik,” tanggap dewa berpakaian cahaya pelangi keemasan. ”Tak ada salahnya jika kita coba. Kita tugaskan Hercules dan Xena turun ke bumi untuk memberantas penyakit negeri itu. Ternyata, begitu gampang menyelesaikannya.”

”Betul,” seru dewa-dewi lainnya, nyaris serempak.

”Betul. Itu tugas gampang bagi Hercules dan Xena. Harus segera dilaksanakan.”

”Mengapa selama ini kita tak berpikir cerdas, ya?” gerutu dewa berpakaian cahaya hijau keperakan sambil menepuk-nepuk keningnya yang menonjol. ”Hampir delapan tahun kita habiskan sia-sia untuk membahas ini. Ah, memalukan.”

Dewa-dewi lainnya tersipu-sipu, dan akhirnya tertawa geli — menyadari ketololan.

”Kalau begitu, biar saya panggilkan Hercules dan Xena,” ujar dewa cebol berpakaian cahaya pelangi. Dan bersiap menggelinding menembus awan.

”Tunggu dulu!” teriak dewa berpakaian cahaya kuning keperakan, yang sedari tadi berdiam diri dengan bergelantungan di atas.

Maka, seketika dewa cebol berpakaian cahaya pelangi berhenti. Dewa-dewi lainnya spontan menoleh.

”Sebelum Hercules dan Xena dipanggil untuk misi mahapenting ini, aku cuma ingin menanyakan sesuatu...” lanjutnya seraya memperhatikan dewa-dewi lainnya.

”Begini. Pada prinsipnya aku setuju. Tetapi, perlu kita pikirkan bersama-sama, bagaimana jika Hercules dan Xena gagal?”

Dewa-dewi lainnya terperangah: Aaaaaaaakkhhh! Lalu, tertawa: wweeeeeerrrrr…

”Apakah kalian tidak memikirkan hal terburuk?”

Dewa-dewi mangut-mangut, lalu kasak-kusuk. ”Hercules sendiri saja pasti berhasil menyelesaikannya, apalagi dibantu Xena. Nah, mana mungkin Hercules dan Xena gagal...” teriak dewa-dewi hampir bersamaan diiringi tawa menggelegar: wweeeeerrrrrrrr... Lalu, mereka berputar-putar di udara. Suasana menjadi bising: zzzzuuuuuuiiiiiiiiiiiiiiinnnnngggggg…

Di tengah kebisingan itu, dewa cebol berpakaian cahaya pelangi bicara keras, ”Jelas, itu tak perlu kita bahas. Saat ini, kita cuma butuh cara cepat dan akurat menuntaskan penyakit kronis yang melanda negeri itu sebelum pengaruhnya menghancurkan kita!”

Mendengar penjelasan itu, dewa-dewi lainnya bersorak, dan kembali berputar-putar di udara: zzzzuuuiiiiiinnnggggggsssllleeeekkkk…

Dewa berpakaian cahaya kuning keperakan berjumplitan sambil bicara, ”Sudah kukatakan, aku setuju usul itu. Tetapi, tak kurang penting untuk kita pikirkan, gimana bila tugas itu mengalami kegagalan.”

”Adakah yang meragukan Hercules dan Xena?”

”O, tidak. Sungguh, tak ada yang meragukan kekuatan mereka. Setiap tugas selalu mereka selesaikan dengan hasil yang luar biasa.”

”Nah, apa lagi?” tegas dewa cebol.berpakaian cahaya pelangi. ”Lebih cepat mereka bertindak, tentu lebih baik.”

”Silakan,” ucap dewa berpakaian kuning keperakan sambil tersenyum. ”Tetapi, apa yang harus kita lakukan, jika mereka gagal?”

Dewa cebol berpakaian cahaya pelangi menggeram. ”Jika tidak kita coba, apa kita tahu mereka gagal?” tantangnya. ”Harus kita mulai!”

”Maksudku, gimana bila Hercules dan Xena tewas?” desak dewa berpakaian cahaya kuning keperakan.

Mendadak kebisuan menyergap. Dewa-dewi termangu. Dewa cebol berpakaian cahaya pelangi bertopang dagu.

”Maaf. Ini perlu juga kita pikirkan. Siapa yang bertanggung jawab bila misi Hercules dan Xena gagal?”


Suasana semakin bisu menjadi batu. Dewa-dewi tertunduk. Dan selendang kesunyian ini cukup lama menyelimuti mulut dewa-dewi. Bahkan angin sepertinya berhenti bertiup. Hingga kemudian, entah bagaimana, Hercules dan Xena telah muncul di tengah-tengah mereka, memperhatikan mereka satu per satu. Sebaliknya dewa-dewi merenung.....(bersambung)

Bagaimanakah reaksi Hercules dan Xena terhadap kejadian ini?

baca selengkapnya...

Thursday, January 3, 2008

Hibernasi Selama Satu Bulan

Wah, parah juga nih blog saya! :( Tidak ter-update selama 36 hari. Alasannya sih klasik, sibuk di dunia nyata baik dari yang penting sampai yang kurang penting seperti mempersiapkan + mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS), menyelesaikan tugas-tugas kuliah, sampai dengan mempersiapkan bahan untuk liburan alias download film (Ha...ha..ha...ha...ha). Padahal sih, ide-ide untuk mengisi blog ini sudah banyak sekali sampai-sampai ide-ide itu tumpah berceceran ke jalan-jalan karena sudah tidak dapt ditampung lagi :p

Sebelumnya, untuk menulis kembali di blog ini, saya harus mengalami gejolak batin yang sangat tinggi (cieeeee....). Saya sempat frustasi dengan blog ini, apakah dimatikan saja atau tidak. Akhirnya, datang juga juru penyelamat saya Bung Toni — yang telah memberikan motivasi kepada saya untuk melanjutkan menulis di blog. Saya mohon maaf sekali terhadap pembaca atau komentator blog saya apabila selama ini tidak bisa membaca atau memberikan komentar pada blog saya (Uhuuk...uhuuk).

baca selengkapnya...